Utang Pemerintah dan Kehati-hatian
Thursday, 26 Nov 2020
Kongres ulang PSSI yang digagas Menpora Andi Mallarangeng dinilai langkah bagus dari pemerintah untuk menyelesaikan kemelut di tubuh persatuan sepak bola di tanah air itu.
”Itu bagus, patut kita dukung. Gebrakan Andi Mallarangeng ditunggu penggemar bola. Tapi prosedurnya tidak boleh menyalahi aturan FIFA. Misalnya, penyelenggara kongres itu harus badan yang bersangkutan seperti Komite Normalisasi. Kalau perlu AFC atas perintah FIFA,’’ ujar calon Ketua Umum PSSI Achsanul Qosasi kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Achsanul mengungkapkan, kalau kongres itu dilaksanakan kembali tetapi tidak mengikuti prosedur yang ada, maka keabsahannya bakal dipertanyakan. Ini juga nggak bagus.
Dikatakan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kongres itu harus sesuai dengan statute. Misalnya harus ada undangan. Kedua, selama dua minggu materinya harus dikirim ke peserta. Ketiga, FIFA harus bersedia datang.
Menurut Ketua DPP Partai Demokrat itu, gagalnya kongres PSSI, Jumat lalu memang sangat disesalkan. Apalagi, FIFA bakal memberikan sanksi, 1 Juni mendatang. ”Tapi kalau kongres ulang dikabulkan FIFA, dan kita berhasil. Tentu sanksinya tidak ada. Mudah-mudahan itu bisa terwujud,’’ kata anggota DPR itu.
Berikut kutipan selengkapnya;
Apa Anda yakin FIFA bakal mengabulkan permintaan pemerintah untuk melakukan kongres ulang?
Tergantung lobinya. sebenarnya Komite Normalisasi bisa saja melakukan lobi agar kita tidak terkena sanksi dari FIFA, tetapi kondisinya berbeda dengan negara lain yang organisasi sepak bolanya terkena masalah dengan FIFA.
Kekisruhan yang terjadi dalam kongres lalu sudah termasuk kategori penghinaan kepada FIFA.
Kalau kondisinya seperti itu, bagaimana tanggapan Anda?
Kita semua menyayangkan kondisi ini. Kongres itu tidak menghasilkan apa-apa. Itulah akibat pemaksaan kehendak dari salah satu pihak. Kita hanya tinggal menunggu sanksi FIFA 1 Juni mendatang.
Apakah langkah Agum Gumelar saat itu sudah tepat?
Saya rasa langkah itu sudah tepat. Saya lihat Pak Agum sudah berusaha untuk bersabar menghadapi tekanan dari beberapa pihak waktu itu. Kita harus memahami kalau Pak Agum tidak boleh memiliki agenda lain. Tugasnya menyelenggarakan kongres dan melakukan pemilihan tiga hal, yaitu Ketua Umum PSSI, Wakil Ketua Umum PSSI dan exco. Artinya, kalau Pak Agum melakukan hal-hal diluar itu, berarti dia melanggar kewenangannya. Itulah agenda FIFA.
Banyak supporter daerah menganggap dalang kegagalan kongres adalah kelompok 78, tanggapan Anda?
Mereka itu melihat secara langsung kejadian saat kongres. Opini ini tidak perlu dibentuk karena mereka membentuk kesimpulan sendiri, sehingga wajar bila mereka berpendapat seperti itu. Sebab, kongres berlangsung terbuka. Tahu siapa di balik kericuhan tersebut. Kalau ada yang bilang kegagalan kongres karena ketidakmampuan Pak Agum, itu jelas mengada-ada. Kita tahu siapa yang bermain.
Anda mengindikasikan ada aktor intelektual di balik kericuhan itu?
Saya tidak mau berkomentar terlalu jauh. Tanyakan saja kepada kelompok 78 kenapa mereka melakukan itu. Yang jelas saya mengenal mereka sudah cukup lama. Misalnya kongres tahunan delapan kali, kongres pemilihan dua kali. Di seluruh kongres itu mereka rapi dan sopan, tapi kenapa kongres lalu itu seolah-olah ada kekuatan besar merubah sikapnya.
Selain itu, dulu mereka enak kalau diajak diskusi, tapi kenapa ada kekuatan besar yang merubahnya. Seakan mereka tidak mampu menolaknya. Padahal, apa yang mereka suarakan itu berseberangan dengan kepentingan rakyat.
Apa Anda sudah memperkirakan kongres terjadi deadlock?
Kondisi kongres saat itu sangat sulit. Masing-masing pihak bertahan pada sikapnya. Saya memperkirakan memang terjadi deadlock, dan benar terjadai kan. Tidak ada putusan apa-apa lagi. Ini sungguh memalukan.
Seharusnya keputusan FIFA diterima saja ya?
Kalau menurut saya, sepak bola itu tidak bisa dipisahkan dengan otoritas FIFA. Kita harus paham bahwa keputusan melarang dua calon tersebut berdasar pada rapat Exco FIFA.
Bukannya FIFA tidak boleh ikut campur?
Memang benar FIFA tidak boleh ikut campur. Tapi permasalahannya adalah kondisi PSSI sekarang sifanya darurat dan tidak normal. Makanya, FIFA mengambil keputusan melarang keduanya atas dasar rapat Exco FIFA dan rapat itu sah untuk melarang seseorang maju atau tidak dalam pencalonan ketua umum PSSI. Sebab, di dalam statuta FIFA tidak bisa membuat keputusan bahwa kedua calon itu tidak bisa maju dalam pemilihan dan rapat itu sah serta mengikat pada suatu negara. [RM]
sumber : rakyat merdeka