blog_img1

"Mobil Rakyat"

Saya menyukainya karena bentuknya tak pernah berubah sejak dilahirkan tahun 1938. Bahasa kitanya “tetap istiqomah”. Bentuknya keren, simpel dan penuh sejarah di kalangan kaum buruh Jerman. Bagi saya, mendapatkan dan merawatnya penuh kesabaran, perjuangan dan juga doa.

Mobil Beetle dibuat oleh Volkswagen (VW)—yang berarti mobil rakyat—sebuah perusahaan otomotif Jerman yang didirikan oleh Front Buruh Jerman atau Deutsche Arbeitsfront pada 1937. Beetle sendiri menjadi ikon perusahan yang berpusat di Wolfsburg ini. Pada 2016 dan 2017, VW menjadi perusahan dengan penjualan otomotif terbesar di dunia. 

Jerman sendiri, di tahun 1930-an, sedang mengalami pasang naik nasionalisme, yakni di tengah malaise ekonomi akibat kekalahan dalam Perang Dunia I dan menjelang terjadinya Perang Dunia II (1939-1945). Nasionalisme menjadi instrumen yang dimanipulasi sedemikian rupa oleh Adolf Hitler untuk mengendalikan tampuk kekuasaan.

Sebelumnya, setelah kekalahan dalam Perang Dunia I, ekonomi Jerman luluh-lantak. Di samping kehidupan ekonomi domestik yang morat-marit, sesuai dengan Perjanjian Versailles, Jerman terpaksa membayar ganti rugi yang sangat besar akibat perang kepada Perancis dan Inggris dan harus merelakan 13 persen wilayahnya.

Dalam kepahitan ekonomi dan politik ini, Hitler tampil dengan dua gagasan utama. Pertama adanya segmen masyarakat yang dijadikan kambing hitam malaise ekonomi—di mana seperti kita tahu terjadi genosida ras Yahudi—dan kedua datang dengan rencana terperinci terkait perbaikan ekonomi secara cepat.

Dalam desain ekonominya, Hitler membuat rencana yang sangat terperinci dan terstruktur. Hitler memetakan pembangunan ekonomi Jerman dalam rentang empat tahun, di mana dalam waktu tersebut, Jerman diandaikan berhasil melenyapkan pengangguran. Dalam pelaksanaannya, setiap tahap dijalankan secara saksama.

Keterperincian, keterorganisasian dan keketatan pelaksanaan desain tersebut kemudian menjadi instrumen yang memungkinkan Hitler memenuhi janji pertumbuhan ekonomi. Jerman kemudian seperti tersihir oleh rencana pembangunan yang pada dasarnya demi penggalangan kekuatan dan kemenangan militer tersebut. Meskipun, pada dasarnya, pembangunan ekonomi militeristik Hitler tak pernah benar-benar memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat Jerman.

Seusai Perang Dunia II, ekonomi Jerman semakin berdarah-darah, bahkan harus rela terbelah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur—di mana di sepanjang Perang Dingin (1947–1991) wilayah barat berada dalam kewenangan dan pengaruh negara-negara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan wilayah timur dalam pengaruh negara-negara Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet (kini Rusia, setelah terpecah-pecah).

Kembali pada Volkswagen, sejak 1948, yakni ketika untuk kedua kalinya dalam rentang kurang dari setengah abad kehidupan ekonomi-sosial-politik Jerman kembali luluh-lantak, merek ini konon menjadi semacam tagline simbolis nasional serta pemulihan ekonomi di Jerman Barat. Tahun 1949, VW sempat direformasi sebagai trust, perusahaan yang mendapatkan perlindungan dan di bawah kendali negara.

Terlepas dari berbagai kontroversi Jerman di sepanjang Perang Dunia I dan II, bagi saya pribadi, keberadaan Volkswagen menjadi sumber inspirasi. Itu mencakup bagaimana perusahaan otomotif ini dibangun, produknya didesain dan dibuat, serta bagaimana orang-orang dan negara asalnya secara konsisten mempertahankan dan mengembangkan gagasan tentang mobil sebagai alat perjalanan.

Perihal inspiratif-historis ini hidup dalam diri saya melewati berbagai krisis yang pernah dilalui negeri ini. VW bahkan menjadi semacam salah satu jendela sekaligus cermin untuk belajar tentang bagaimana Jerman dengan cepat pulih dari krisis dengan membangun ekonominya. Singkat kata, ia seperti menjadi representasi dari pembangunan ekonomi Jerman melalui industrialisasi dalam berbagai bidang.

Ditarik ke dalam konteks yang lebih luas, yakni dalam kehidupan berbangsa-bernegara, sejarah VW seperti menunjukkan kehadiran negara secara efektif sekaligus dukungan proporsional rakyat atas kebijakan pemerintah. Kata efektif sendiri di sini bersifat relatif jika diukur dalam skala kecil-besar. Sebab persoalannya adalah pada seberapa tepat dan cepat negara hadir dalam momentum yang juga tepat. 

Seiring dengan inspirasi historis ini, dalam menikmati sebuah perjalanan bersama Beetle dari VW, saya memutar sebuah lagu jadul tapi cocok dari John Denver.

“…

And talk of poems and prayers and promises

And things that we believe in

How sweet it is to love someone

How right it is to care

How long it's been since yesterday

And what about tomorrow?

And what about our dreams

And all the memories we share…”

John Denver dengan gamblang seperti hendak bilang kalau kita dibentuk oleh semua yang masuk dan tersimpan dalam memori. Syair, doa, janji, keyakinan, cinta, kepedulian dan mimpi menjadi konstruk-konstruk yang menjadi bangunan diri. Di sini juga termasuk kesabaran dan perjuangan—seperti ketika  merawat mobil VW yang legendaris—yang tak putus.

Kalau mengikuti John Denver, semakin banyak memori kebajikan yang bisa dinikmati dan dibagi, hidup akan semakin terasa bermakna: It's been a good life all in all. Dan bagi saya, “mobil rakyat” yang dibuat perusahaan Jerman ini telah menjadi memori yang sepertinya tak akan lekang oleh waktu.

Wallaahu a’lam bi al-Shawaab.