blog_img1

Mao Tai, Tradisi Ribuan Tahun Selesaikan Perundingan

KORANKABAR.COM (XI’AN) – Dalam lawatan ke Cina, memenuhi undangan China National Oil Offshore Corporation (CNOOC), sebuah BUMN yang bergerak di bidang minyak dn gas bumi (migas) milik Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC), saya menyempatkan diri berkunjung ke Kota Xi’an di Provinsi Shaanxi.

Setelah menempuh perjalanan selama 70 menit dengan pesawat dari Beijing, saya menginjakkan kaki di kota yang telah menjadi pusat budaya dan politik Cina sejak abad ke-11 SM itu. Di sana saya menyaksikan, betapa hebat bangsa Cina memelihara jiwa nasionalisme dan tradisi leluhurnya selama ribuan tahun.

Dimulai dari kaisar pertama era Dinasti Qin yg mempersatukan Cina dan mempersatukan Bahasa Cina (Mandarin). Kaisar Qin dikenang sepanjang sejarah negeri itu, karena upayanya menanamkan semangat kerja keras dan solidaritas sesama rakyat Cina.

Sedangkan Dinasti yang dikenal dengan kerja kerasnya memajukan bangsa Cina adalah Dinasti Tang. Kaisar Tang membangun infrastruktur Cina, saat itu dibangun jalan sutra dari Xi’an melalui Mongolia hingga menembus ke Eropa.

Salah satu tradisi bangsa Cina yang sudah ada sejak ribuan tahun silam adalah menyambut tamu dengan sajian arak yang disebut Mao Tai. Arak itu berupa minuman keras berkadar alkohol 53 persen. Masyarakat Cina akan senang jika kita turut meminum Mao Tai sebagai salam penghormatan.

Pernah dalam sehari saya melakukan pertemuan hingga 4 kali, dan dalam setiap kali pertemuan saya harus mengonsumsi Mao Tai demi menghormati yang sang tuan rumah penyelenggara pertemuan. Akibatnya, saya pun hampir mabok Mao Tai.

Dalam situasi demikian, meja makan di hadapan saya terasa berposisi miring. Untungnya saya bisa mengendalikan diri dan me-manage situasi. Menurut tradisi Cina, semua perundingan, bahkan hingga tingkat negara sekalipun, diselesaikan di meja dengan Mao Tai! Dan kesepakatanpun akan mudah tercapai.

Bangsa Cina menjaga tradisi dan kebudayaan leluhurnya secara sangat fanatic, layaknya kefanatikan terhadap agama. Mereka memadukan kejayaan, kehormatan, dan kebanggaan sejarah bangsanya.

Demi kehormatan, mereka sama sekali tidak mau memakai produk Jepang, karena Jepang telah menjajah dan menyakiti bangsa itu selama 14 tahun. Bandingkan dengan sikap Bangsa Indonesia, yang sama-sama pernah dijajah Jepang, walaupun hanya 3,5 tahun.

Demi kejayaan, Bangsa Cina kini sedang mengintai posisi Amerika sebagai satu-satunya Negara adidaya dunia setelah keruntuhan Uni Sovyet. Karena mereka merasa, Amerika berkehendak kuat menguasai dunia, termasuk Cina.

Demi kebanggaan, mereka tidak mau ber-Bahasa Inggris. Mereka merasa, bangsa lain yang harus memakai bahasa mereka, Bahasa Mandarin. Cara menanamkan nasionalisme yang telah dipegang teguh sejak zaman Kaisar Qin tersebut, terus dijaga sampai Cina menganut ajaran Komunis.

Ajaran tersebut, merupakan manifesto dari kekaisaran yg menjadikan pemerintah berkuasa mutlak, rakyat harus nurut dan pemerintah yang menjamin kehidupan mereka. Cara itu yang membuat Cina dengan mudah membangun kejayaan mereka di era modern ini.
 


Sumber:http://korankabar.com/mao-tai-tradisi-ribuan-tahun-selesaikan-perundingan/ (Adi)