blog_img1

Achsanul Qosasi: Konflik SARA Semestinya Tak Terjadi di Madura

Jakarta – Konflik berbaru SARA (Suku, Agama, Ras dan Etnis) yang menyebabkan Kekerasan kepada komunitas Syiah di Dusun Nankernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur diharapkan tidak terjadi lagi. Apalagi kekerasan itu sampai menelan dua korban meninggal dunia dan lainnya luka-luka.

Hal ini disampaikan Achsanul Qosasi, anggota DPR RI Dapil XI Madura Jawa Timur, saat dihubungi, Senin (28/8).

“Issue SARA semestinya sudah tidak terjadi lagi di Madura,” ujar pria yang biasa dipanggil Achsanul ini.

Anggota Fraksi Partai Demokrat ini mengatakan, perkembangan informasi dan akses masuk ke Madura yang begitu mudah. Harus disambut dengan pembekalan yang intensif kepada seluruh lapisan masyarakat, agar tidak mudah termasakan issue.

“Madura dirugikan jika terus terjadi saling bunuh. Kebersamaan Madura harus kita jaga,” terang Achsanul.

Politisi yang membangun Rumah Aspirasi POJUR ini menjelaskan bahwa, agama itu menyeragamkan perbedaan dan menghargai keberagaman. Rakyat Madura harus tetap menumbuhkan energi positif.

“Membunuh itu menghilangkan hak orang untuk hidup. Semoga ini kali terakhir terjadi pembunuhan sesama warga Madura,” tandasnya.

Achsanul juga mengatakan, orang Madura harus bersatu dan jangan mudah percaya pada issue yang memecah belah Madura. Musuh terbesar kita adalah setan dan iblis, bukan orang Madura sendiri.

“Mari kita jaga persaudaraan dan perkokoh jalinan silaturrahim untuk kebaikan bersama,” kata Achsanul penuh harapan perdamaian di pulau garam Madura.

Perlu diketahui bahwa sebelumnya, sekelompok pemuda komunitas Syiah bentrok dengan pemuda anti Syiah di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Minggu dini hari (26/8). Kedua kelompok saling serang dengan melempar batu, membakar rumah dan berkelahi menggunakan clurit.

Kejadian aksi pelemparan batu dan bentrok  disertai pembakaran sisa-sisa rumah istri Tajul Muluk berlangsung di Dusun Nankernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur.  Sehingga menyebabkan dua orang tewas, yaitu Thohir (40) dan Muhammad Khosim (45).

Keduanya adalah tetangga pemuka agama Syiah Sampang, Ustadz Tajul Muluk yang saat mendekam di lembaga permasyarakatan. Tajul Muluk setelah divonis dua tahun penjara karena penodaan dan penistaan agama.

Muhammad Khosim yang biasa dipanggil Hamamah meninggal dunia akibat sabetan clurit diperutnya. Sementara Thohir meninggal dunia akibat sabetan pedang dan clurit dipunggungnya. Ia sebenarnya bertujuan menyelamatkan saudaranya yang terjebak didalam rumah dan dilempari batu. 

Thohir akhirnya meninggal dunia juga meskipun sempat dievakuasi di sekolah dasar Karanggayam. Akhirnya nyawa Thohir tidak bisa diselamatkan sebagaimana sumber di tempo.co. (rud/*)

Foto: Achsanul Qosasi (@copyright Syafrudin Budiman)