blog_img1

Yang Unik Tentang P-MU

Oleh: Dadang

KETIKA Persepam Madura United (P-MU) menjamu PS Sumbawa Barat (14 Mei 2012) kemarin di Stadion A.Yani Sumenep, hadir menyaksikan di tribun kehormatan Bupati Sumenep yang simpatik dan wajahnya selalu berhias senyum Drs KH Abuya Busyro Karim MSi, didampingi Wabup yang energik Ir H Soengkono Sidik SSos dan Kapolres serta beberapa pejabat Pemkab Sumenep.

Yang menarik, ketika P-MU mencetak gol, ketiga petinggi Sumenep tersebut langsung berdiri sambil mengepalkan tangan ke atas menunjukkan ekspresi kegirangan, diiringi teriakan membahana dari para gibol Taretan Dhibi’, suporter fanatik P-MU. Pemandangan yang menyejukkan itu berulang ketika gol kedua menyusul. Cuma kali ini diikuti pembagian buah-buahan yang ada di meja beliau ke penonton di belakang.

span id="IL_AD8" class="IL_AD">Fenomena apa ini gerangan? Jawabannya jelas, yaitu bahwa P-MU sudah  dirasa sebagai milik Madura.  P-MU milik masyarakat dan milik para pejabat se Madura. P-MU sudah menembus batas area pemerintahan, menghilangkan sekat imajiner antarkabupaten. Dalam artikel di Radar Madura November 2011 berjudul : ”Madura, Akulah Perekatmu”, penulis mengatakan bahwa kehadiran P-MU menumbuhkan rasa dan semangat ke-Maduraan. Kini hal tersebut menjadi kenyataan. Kalau P-MU main, bupati, forpimda, para pejabat pemda, pimpinan TNI/Polri, instansi vertikal dan perbankan dari empat kabupaten secara bergiliran datang menonton dan menyemangatinya.

Klub-klub lain kalaulah ditonton kepala daerah, paling-paling hanya bupati/walikota atau pejabat forpimda kabupaten/kota setempat. Inilah salah satu keunikan dari beberapa keunikan yang dimiliki P-MU. P-MU adalah sublimasi dari Persepam, yang asalnya perserikatan klub sepak bola Pamekasan. Akan tetapi penyandang dana utama dan manajernya berasal dari Sumenep. Sedang pendukung yang fanatik berasal dari empat kabupaten.

Ada yang menamakan diri Peccot Mania, Taretan Mania, K-Conk Mania dan nama-nama lain. Klub lain tidak ada yang memiliki manajemen pola sinergi dan kombinasi pendukung seperti P-MU. P-MU mungkin satu-satunya klub di Indonesia yang ”memiliki” dua stadion yang representatif sebagai tempat ”laga kandang”. Bahkan Stadion Gelora Bangkalan saat ini mungkin merupakan stadion terbaik di Jawa Timur. Akan tetapi uniknya, untuk latihan sehari-hari, Laskar Sape Kerap berlatih di lapangan milik Desa Kowel, Kec Kota Pamekasan atau lapangan milik SMAN 3 Pamekasan yang kondisinya jauh dari memenuhi syarat.

Pamekasan yang merupakan tempat kelahiran P-MU memang masih baru akan memiliki stadion yang baik. Dengan tempat berlatih seperti itu, toh P-MU masih bisa menangkan. Perlu kiranya diketahui bahwa dua stadion ”kandang” P-MU satu sama lain jaraknya sekitar 160 km. Jadi kalau P-MU main di Bangkalan, Peccot Mania dan suporter Sumenep lainnya harus berkendaraan sejauh 160 km yang memakan waktu sekitar tiga jam. Dan sebaliknya kalau main di Sumenep, K-Conk Mania dan suporter P-MU dari Bangkalan lainnya harus melaju sejauh itu pula. Apa ada suporter klub lain di Indonesia yang mau seperti itu? Home base P-MU bukan satu kabupaten, melainkan empat kabupaten se Madura.

Mana ada klub yang lintas batas seperti itu? Karena itu areal ”base camp” P-MU seluas Pulau Madura, yaitu 5.250 km2. Sejalan dengan itu ”pemilik”  (the owner) P-MU menjadi sekitar 4.000.000 orang, yaitu sebanyak penduduk Madura yang sama-sama merasa memiliki P-MU. Di Indonesia, tidak ada klub dengan ”rasa kepemilikan bersama” sebanyak itu. Itulah beberapa keunikan P-MU. Dan akan menjadi sebuah keajaiban (miracle) kalau nantinya pada akhir masa kompetisi ini P-MU bisa menuju ISL. Bo- abo, bha’ bisaah kana’? Insya Allah P-MU Bisa. Oreng Madhura Bisa!

*) pengamat bola lokal (radar)

http://www.pamekasan.info/yang-unik-tentang-p-mu.html