blog_img1

Belajar dari 2019, Optimis Menyongsong 2020

Waktu begitu cepat berputar. Tanpa terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2019. Tahun segera berganti. Tahun 2019 mencatatkan berbagai peristiwa yang menjadi monument sejarah bagi perjalanan bangsa. Peristiwa bersejarah yang meninggalkan berbagai catatan bagi seluruh anak bangsa. Catatan yang penuh dengan pelajaran untuk menatap tahun berikutnya yang juga akan penuh dengan dinamika dan tantangan kebangsaan.

Tahun 2019 layak kita nobatkan sebagai tahun politik paling menegangkan. Tahun politik yang penuh dengan rivalitas akibat kompetisi politik yang begitu ekstrem di Pemilu 2019. Untuk pertama kalinya, Indonesia menggelar pemilu seretak (pileg dan pilpres digelar bersamaan).  Pemilu serentak yang memakan korban tidak kurang dari 489 petugas pemilu. Belum lagi, politik identitas -yang dalam bahasa Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono- “sudah melebihi takarannya”. Pemilu 2019 juga melahirkan polarisasi ditengah-tengah masyarakat. Di dunia nyata, saling serang antara pendukung pasangan capres-cawapres terus terjadi. Di dunia maya, kondisinya jauh lebih mengerikan. Bahkan hingga saat ini pun, resonansi pembelahan dan perpecahan di masyarakat masih ada dan terjadi. Pemilu 2019 telah mengakibatkan rasa kohesivitas sosial anak bangsa tercerai berai.

Sementara itu, di sektor ekonomi, tahun 2019 mencatatkan peristiwa perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia –Amerika Serikat vs Cina yang tidak kunjung selesai. Akibatnya, perekonomian global bergerak tak menentu yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang bergerak lambat. Di dalam negeri, Presiden Jokowi juga membuat gebrakan yang bersejarah di tahun 2019 dengan memutuskan untuk memindahkan ibukota negara ke Kalimantan Timur. Sebuah keputusan yang sangat berani karena wacana pemindahan ibukota negara sudah bergulir sejak masa Presiden Soekarno.

Jelang penghujung tahun 2019, kita kembali menyaksikan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2014. Presiden Jokowi kembali mendapat mandat untuk lima tahun kedepan didampingi oleh Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin. Presiden dan Wakil Presiden juga sudah memilih para pembantunya yang bekerja untuk mewujudkan janji-janji Presiden. Kita pun sudah mulai menyaksikan sejumlah gebrakan yang dilakukan oleh menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju. Meski baru awalan, kita berharap, gebrakan yang dilakukan oleh beberapa menteri tersebut dapat menjadi modal besar untuk melangkah maju di tahun 2020 dan seterusnya.

 

Optimis Menatap 2020

Bangsa Indonesia telah melewati tahun yang cukup berat baik dalam sektor politik maupun ekonomi. Meski ada banyak kekurangan dalam pelaksanaan pemilu serentak 2019, kita patut bersyukur bahwa hajatan demokrasi tersebut berjalan cukup baik dan telah menghasilkan pemimpin nasional dan anggota parlemen hingga lima tahun kedepan.

Tugas terberat kita kedepan adalah bagaimana merekatkan kembali kohesivitas sosial yang sempat tercerai berai imbas dari rivalitas di pemilu 2019. Segenap komponen bangsa, mulai dari Presiden, anggota parlemen hingga tokoh-tokoh bangsa dan tokoh agama harus merumuskan jalan bersama untuk menyatukan kembali masyarakat. Narasi-narasi yang dibangun kedepan baik oleh elit politik, tokoh agama dan publik figur jangan lagi narasi-narasi provokatif, merendahkan dan menyalahkan. Melainkan membangun narasi positif yang mempersatukan segenap lapisan masyarakat.

Di sektor ekonomi, Indonesia menyongsong tahun 2020 dengan membawa gerbong berat berisi segenap pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di tahun 2019. Belum lagi tantangan dari eksternal yang cukup berat. Perlambatan ekonomi dan ancaman resesi global menjadi warning bagi semua negara, tidak terkecuali Indonesia.

Memasuki tahun 2020, pekerjaan rumah bagi perekonomian nasional harus mampu diselesaikan. Seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat yang melemah, investor yang memilih posisi wait and see serta target penerimaan pajak yang tidak tercapai.

Meski menghadapi sejumlah tantangan, kita menyakini bahwa pertumbuhan ekonomi kita akan tetap stabil. Pemerintah dalam berbagai kesempatan telah mencanangkan pertumbuhan ekonomi berkisar 5,04%-5,07%. Angka ini tentu saja angka yang cukup realistis bila melihat situasi perekonomian global saat ini. Meski tentu saja, kita berharap pemerintah mampu membawa pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6 persen.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah perlu memperbaiki struktur ekonomi nasional. Indonesia perlu segera merubah komposisi ekspor. Perlambatan ekonomi global dapat dipastikan mempengaruhi penurunan harga-harga komoditas primer (seperti batubara, sawit, karet, dll) yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia. Sehingga komposisinya harus diperbaiki. Jika selama ini lebih didominasi ekspor komoditas primer, tahun 2020 ekspor barang manufaktur harus menjadi komoditas utama Indonesia. Untuk bisa merealisasikan hal tersebut, pemerintah perlu mempercepat transformasi sektor manufaktur. Cakupan ekspor juga perlu diperluas dengan melahirkan komoditas-komoditas baru terutama dari sektor kelas menengah dan kecil mulai dari sektor perikanan, kerajinan dan lain-lain.

Langkah pembenahan di sektor BUMN yang sudah dimulai akan menjadi modal besar menatap 2020. Harapannya, pembenahan BUMN baik dari sisi pergantian direksi dan komisaris, hingga penataan ulang bisnis BUMN diharapkan mampu mempercepat akselerasi bisnis BUMN di tahun depan. BUMN sebagai salah satu tulang punggung perekonomian harus mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi penerimaan negara.

Pemerintah perlu belajar dari peristiwa yang terjadi selama 2019. Catatan-catatan atas peristiwa tersebut akan menjadi modal besar bagi kita untuk melangkah lebih baik dan lebih hati-hati di tahun 2020.[]

Akurat.co, 28 Desember 2019