blog_img1

BPK Minta Petrokimia Tingkatkan Produksi Pupuk

Sebagai produsen pupuk terlengkap di Indonesia, PT Petrokimia Gresik (PG) menjadi satu jaminan dari berbagai program pembangunan pemerintah terutama di bidang pertanian dan ketahanan pangan. Untuk itu dibutuhkan totalitas dalam kinerja dan operasionalisasi.

Hal tersebut disampaikan Achsanul Qosasi, Anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dalam kunjungannya ke Petrokimia Gresik, dalam rangka menyampaikan laporan pemeriksaan, Selasa (20/10).

Dalam kegiatan ini, BPK menyerahkan hasil pemeriksaan terkait biaya, investasi dan penjualan pupuk subsidi dan nonsubsidi tahun 2014 dan 2015 (Semester I).

“Sebagai industri yang berkaitan dengan petani, Petrokimia harus mampu meningkatkan produksi pupuk. Karena dengan pupuk yang selalu tersedia dan terjangkau, persoalan petani akan lebih ringan,” kata Achsanul Qosasi, Rabu (21/10).

Kehadiran Achsanul yang akrab disapa AQ ini ke Petrokimia Gresik disambut oleh seluruh jajaran direksi dan manajemen. Direktur Utama Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman menyebutkan akan berusaha semaksimal mungkin untuk memacu produksi dengan tidak menyalahi tata aturan yang telah ditentukan.

“Kami sejauh ini berkonsentrasi membangun pabrik Amurea II untuk meningkatkan kapasitas produksi amoniak (bahan baku pupuk urea, ZA, dan NPK). Melalui pabrik ini, PG berharap dapat memenuhi kebutuhan amoniaknya sendiri dan memasok kebutuhan pupuk urea di Jawa Timur,” ujar Dirut PG Hidayat Nyakman.

Usai acara, AQ bersama rombongan BPK didampingi Direktur Produksi Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto berkesempatan berkeliling di pabrik dan pelabuhan Petrokimia Gresik. Pada kesempatan ini Nugroho memberikan penjelasan berbagai sarana dan prasarana yang ada di kompleks pabrik Petrokimia Gresik. Sebelumnya, rombongan juga menyempatkan melihat dari dekat pelabuhan milik Petrokimia yang awalnya berbentuk “L” dan dikembangkan menjadi “T”. Dermaga ini pada sisi laut dapat disandari 3 buah kapal berbobot mati 40.000 ton, dan pada sisi darat dapat disandari kapal dengan bobot mati 10.000 ton.

Kepada AQ dan rombongan, Nugroho juga menjelaskan jika di pabrik Petrokimia sudah terdapat berbagai fasilitas pendukung seperti unit penjernihan air dan pembangkit tenaga listrik mandiri. (h4d/tb)